Dalam beternak sapi potong, ada beberapa hal yang mesti menjadi perhatian bagi peternak, salah satunya yaitu penyakit pada sapi potong. Berikut adalah beberapa penyakit yang sering menyerang sapi potong beserta cara penanganannya.
1. Abortus pada sapi disebabkan jamur
Penyebab
Hampir semua abortus mikotik pada sapi disebabkan oleh dua kelompok jamur. Sekitar 60-80% disebabkan oleh Aspergillus spp dan kebanyakan adalah Aspergillus
fumigatus. Jenis mucorales bertanggung jawab atas keguguran mikotik selebihnya. Kejadian abortus mikotik bervariasi dari 0,5-16% dari semua abortus pada sapi.
Gejala Klinis
Abortus mikotik umumnya ditandai oleh perubahan-perubahan nyata pada selaput foetus. Chorion tebal, oedematous, seperti kulit dan nekrotik. Lesi utama terdapat pada placentoma, karunkel dan kotiledon sangat membesar, membengkak, oedematous, dan nekrotik.
Penulasran
Jamur memasuki tubuh hewan melalui pernapasan dan makanan. Spora jamur kemudian dibawa ke plasenta melalui aliran darah dari laesio pada saluran pernapasan rumenitis mikotik atau laesio lain pada saluran pencernaan. Hasil penularan ini secara gradual meyebabkan placentitis, hambatan pemberian makanan kepada foetus, kematian foetus, dan abortus dalam waktu beberapa minggu atau beberapa bulan kemudian.
Diagnosa
Diagnosa dikuatkan oleh pemeriksaan mikroskopik terhadap jamur dari placenta atau foetus, pemeriksaan histopatologik terhadap jaringan placental atau foetal dan oleh kultur pada media buatan.
2. Brucellosis pada sapi
Penyebab
Brucellosis atau penyakit Bang disebabkan suatu kuman kecil berbentuk batang dan bersifat gram negatif, Brucella abortus, yang tumbuh di dalam sel. Bakteri ini pertama kali diuraikan oleh Bang di Denmark tahun 1897. Brucellosis terjangkit pada sapi di seluruh dunia, kecuali di negara-negara yang telah mengendalikan penyakit tersebut dengan vaksinasi atau dengan cara-cara lainnya
Cara penularan
Penularan dapat terjadi karena pembelian dan pemasukan satu betina yang tertular ke dalam suatu kelompok ternak. Materi yang tertular dapat terbawa dari suatu peternakan ke peternakan lain oleh anjing atau manusia. Infeksi sering terjadi karena ingesti kotoran dari alat kelamin hewan yang mengalami abortus yang mengkontaminasi makanan dan air. Penularan dapat pula terjadi melalui selaput lender mata dan intrauterin setelah inseminasi dengan semen yang tertular.
Gejala Klinis
Brucella abortus menyebabkan keguguran pada trimester terakhir masa kebuntingan dandiikuti oleh suatu periode infertilitas. Brucella abortus menyebabkan demam “undulans” atau brucellosis pada manusia yang meminum susu mentah yang belum dipasteurisasi atau bersentuhan dengan kotoran atau tenunan yang tertular. Keluron karena Brucella abortus umumnya terjadi dari bulan keenam sampai kesembila (setelah bulan kelima) periode kebuntingan. Kejadian abortus berkisar antara 5-90% dalam suatu kelompok ternak, tergantung dari jumlah hewan bunting yang tertular, daya penularan, virulensi organisme dan faktor lain.
Diagnosa
Diagnosa terhadap brucellosis diperlukan untuk dua tujuan, pertama untuk menetapkan sebab abortus pada satu individu ternak, dan kedua untuk mengidentifikasi ternak dalam rangka program pengendalian penyakit tersebut.
Sejarah kelompok ternak sangat bermanfaat dalam mendiagnosa penyebab abortus. Diagnosa perbandingan antara penyebab abortus cukup sulit dan tidak mungkin tanpa bantuan pemeriksaan laboratoris. Lesio placental pada brucellosis, vibriosis dan penularan jamur pada sapi nampak sama.
Identifikasi
Organisme Brucella abortus dapat diidentifikasi pada preparat ulas dari bahan paru-paru. Media tersebut umumnya diisolasi dalam media kultur atau pada marmut.
Pencegahan dan Pengendalian
Pencegahan brucellosis pada sapi didasarkan pada tindakan higiene dan sanitasi, vaksin anak sapi dengan Strain 19 dan pengujian serta penyingkiran sapi reaktor.
Tindakan higienik sangat penting dalam program pencegahan brucellosis pada suatu
kelompok ternak. Sapi yang tertular sebaiknya dijual atau dipisahkan dari kelompoknya Fetus dan placenta yang digugurkan harus dikubur atau dibakar dan tempat yang terkontaminasi harus didesinfeksi dengan 4% larutan kresol atau desinfektan sejenis
3. Vibriosis atau Campilobakteriosis Pada Sapi
Penyebab
Campylobacteriosis yang disebabkan oleh Campylobacter foetus venerialis (dahulu disebut Vibrio foetus veneralis) adalah suatu penyakit penyebab utama kegagalan reproduksi pada sapi yang disebarkan melalui perkawinan dan ditandai oleh infertilitas dengan jumlah perkawinan yang makin tinggi untuk satu konsepsi.
Umumnya ditemukan kematian embrio dini dan abortus pada bulan yang keempat sampai akhir masa kebuntingan. Sesuai dengan namanya Campylobacter foetus berbentuk koma, atau S. Pada suhu 60° ia akan mati dalam waktu 5 menit, tetapi dapat hidup 10-20 hari ditanah, rumput kering dan kotoran ternak tergantung pada kondisi suhu dan kelembapan.
Gejala Klinis
Gejala-gejala infeksi Campylobacter tidak tampak sebelum terjadi infertilitas. Gejala akut meliputi penurunan angka konsepsi sampai lebih rendah dari 10% dan infertilitas dapat berlangsung 2-6 bulan atau lebih.
Diagnosa
Diagnosa terhadap Campylobacter didasarkan pada kelompok ternak yang bersangkutan, anamnesa dan catatan reproduksi, pemeriksaan fisik individual pada ternak dalam kelompok, termasuk pejantan dan diagnosa laboratoris. Abortus umumnya terjadi dalam bulan ke-5 sampai ke-8 masa bunting.
Pengendalian
Cara terbaik dan termudah dalam pengendalian infeksi Campylobacter Foetus adalah tenik inseminasi buatan dengan semen dari pejantan yang sehat.
Pengobatan
Pengobatan terhadap individu satu betina dapat dilakukan dengan infusi antibiotik secara intra uterin seperti penstrep dalam larutan air atau minyak atau antibiotik berspektum luas.
4. Penyakit Jembrana (JD)
Hewan rentan
Penyakit jembrana (JD) hanya menyerang sapi Bali, sebegitu jauh penyakit jembrana tidak ditemui pada rumpun sapi yang lain. Sapi yang terserang berumur lebih dari 1 tahun dan yang terbanyak 4 – 6 tahun dan jenis kelamin tidak mempengaruhi kejadian penyakit ini.
Cara penularan
Sumber Infeksi: sampai saat ini belum diketahui dengan pasti sumber infeksi dari penyakit jembrana ini. Peranan vecto : lewat penyakit insect born, Ex : Culicoides sp dan nyamuk
Gejala klinik
Pada sapi yang terserang penyakit jembrana (JD), Suhu berkisar antara 39°C – 42°C.
pada suhu Suhu diatas 40°C dapat berlangsung selama 3 – 5 hari, dan kemudian akan diikuti penurunan suhu, namun pada derajat subnormal sapi akan mati. Pembengkakan kelenjar limfe Sapi yang sakit dapat terjadi Diare dengan tinja atau feses lembek, profus sampai tercampur darah. Erosi ringan sampai nekrosis terbatas epitel selaput lendir mulut. Pada sapi betina yang sedang bunting diatas 6 bulan akan mengalami keguguran Gejala keringat darah Perdarahan pada mata Demam, anoreksia, lesu, pernapasan dan detak nadi cepta. Leucopenia disertai dengan leukositosis.
Perubahan pasca mati
gejala sepsis kelenjar limfe superficial prefemoralis dan prescapularis sangat membengkak, bidang sayatan basah dan berdarah dengan warna kelabu kemerahan tua erosi ringan sampai nekrosis superficial epitel selaput lender mulut selaput lender usus ada radang bersifat katar, mucus sampai hemoragis gejala has pada rectum adanya perdarahan berupa garis seperti zebra cross hemoragi dinding empedu, dinding empedu menebal dan isinya mengental pada otak ditemukan hiperemi
Diagnosa
Pengambilan dan pengiriman sample
- bahan pemeriksaan laboratorium : limfa, kelenjar limfe, hati, ginjal, adrenal dan darah
- untuk bahan isolasi : limfa dan kelenjar limfe dikirim dalam termos berisi dry ice dan pengiriman dilakukan secepat mungkin
- untuk preparat histopatologik : kelenjar limfe, limfa hati, ginjal, adrenal otak dikirim dalam formalin 10 %
Diagnosa laboratorium
pewarnaan giemza terlihat intra sitoplasmik bergerombol atau satu – satu berwarna
coklat kehitaman, berbentuk coccoid, diplococcoid atau batang
isolasi dilakukan dengan penyuntikan intra peritoneal pada mencit atau marmot jantan
atau inokulasi telur bertunas secara intra kuning telur atau pada biakan cell
pemeriksaan secara histopatologik ditemukan kerusakan endotel dan proliferasi epitel
pembuluh darah, perivaskular cuffing pada otak tidak ada pemeriksaan secara virologic diberi antibiotic kemudian disuntikkan pada kantong kuning telur dari telur bertunas berumur 5 – 6 hari atau pada sapi rentan atau pada biakan cell
Pencegahan dan pengendalian
Pencegahan: pemberian vaksin jembrana, yang disiapkan dari plasma hewan yang ditulari secara buatan Sementara pengendalian dan pemberantasan
- hewan sakit harus benar benar diisolasi
- hewan mati segera dikubur yang dalam
- pemusnahan vector
- penyemprotan dengan pestisida dapat diulang setiap 1 – 2 minggu
Pengobatan
- antibiotic untuk pencegahan infeksi sekunder
5. Antraks.
Penyebab: Bacillus anthracis yang menular melalui kontak langsung, makanan/minuman atau pernafasan.
Gejala: (1) demam tinggi, badan lemah dan gemetar; (2) gangguan pernafasan; (3) pembengkakan pada kelenjar dada, leher, alat kelamin dan badan penuh bisul; (4) kadang-kadang darah berwarna merah hitam yang keluar melalui hidung, telinga, mulut, anus dan vagina; (5) kotoran ternak cair dan sering bercampur darah; (6) limpa bengkak dan berwarna kehitaman.
Pengendalian: vaksinasi, pengobatan antibiotika, mengisolasi sapi yang terinfeksi serta mengubur/membakar sapi yang mati.
6. Mulut dan Kuku (PMK) atau Apthae Epizootica (AE).
Penyebab: virus ini menular melalui kontak langsung melalui air kencing, air susu, air liur dan benda lain yang tercemar kuman AE.
Gejala: (1) rongga mulut, lidah, dan telapak kaki atau tracak melepuh serta terdapat tonjolan bulat berisi cairan yang bening; (2) demam atau panas, suhu badan menurun drastis; (3) nafsu makan menurun bahkan tidak mau makan sama sekali; (4) air liur keluar berlebihan. Pengendalian: vaksinasi dan sapi yang sakit diasingkan dan diobati secara terpisah.
7. Penyakit Mulut dan Kuku
Penyebab
Penyakit mulut dan kuku disebabkan oleh picorna virus.
Hospes
Penyakit Penyakit mulut dan kuku ini dapat menyerang pada golongan ruminansia seperti sapi kerbau kambing domba dan juga babi. picorna virus penyebab PMK
Patogenesis
Cara penularan penyakit mulut dan kuku adalah melalui udara secara aerosol sehingga dapat menyerang sapi pada saluran pernafasan. Dan dapat juga melalui kontak langsung dengan hewan ekresi dan sekresi dari hewan yang menderita penyakit mulut dan kuku. Penyakit ini dibagi menjadi 3 macam bentuk
a. Bentuk dermostomatitis yang tenang (benigna)
b. Bentuk inrmadiate toxic dengan penyakit yang lebih berat
c. Bentuk ganas(malignant) dengan perubahan pada otot janung dan sklelet
Gejala klinis
Gejala yang ditimbulkan bervariasi tergantung pada kondisi dan factor virulensi dari Penyakit mulut dan kuku tersebut. Gejala klinis yang mula mula terlihat antara lain suhu tubuh meningkat dan akan terlihat jelas pada sapi yang masih muda. Kenaikan ini akibat dari fase viremia dari virus picorna virus. Dan biasanya suhu tersebut akan turun setelah terbentuknya lepuh-lepuh. Lepuh-lepuh tersebut dapat ditemukan didalam mulut sehingga menyebabkan meningkatnya saliva dalam mulut sehingga terbentuk busa disekitar bibir. Lepuh tersebut juga dapat ditemukan pada ambing yang menyebabkan produksi susu turun dan kadang dapat menyebabkan keguguran.
Pada tracak biasanya lepuh terjadi bersamaan dengan proses yang terjadi didalam mulut. Lepuh yang terjadi menyebabkan rasa sakit atau nyeri pada hewan yang menderita, sehinggamenyebabkan hewan tersebutmalas bergerak dan hanya mau berbaring. Kesembuhan dari lesi yang tidak mengalami komplikasi akan berlangsung dengan cepat berkisar antara 1-2minggu, namun apabila ada infeksi skunder maka kesembuhan akan tertunda
8. Ngorok/mendekur atau Septichaema Epizootica (SE)
Penyebab: bakteri Pasturella multocida. Penularannya melalui makanan dan minuman yang tercemar bakteri.
Gejala: (1) kulit kepala dan selaput lendir lidah membengkak, berwarna merah dan kebiruan; (2) leher, anus, dan vulva membengkak; (3) paru-paru meradang, selaput lendir usus dan perut masam dan berwarna merah tua; (4) demam dan sulit bernafas sehingga mirip orang yang ngorok. Dalam keadaan sangat parah, sapi akan mati dalam waktu antara 12-36 jam.
Pengendalian: vaksinasi anti SE dan diberi antibiotika atau sulfa.
9. Radang Kuku atau Kuku Busuk (Foot Rot)
Penyakit ini menyerang sapi yang dipelihara dalam kandang yang basah dan kotor. Gejala: (1) mula-mula sekitar celah kuku bengkak dan mengeluarkan cairan putih keruh; (2) kulit kuku mengelupas; (3) tumbuh benjolan yang menimbulkan rasa sakit; (4) sapi pincang dan akhirnya bisa lumpuh.
Sip dech thanks ya sy udah baca semuanya jd sdkt tau deh tentang penyakit sapi...mks ya
BalasHapus